Minggu, 05 Desember 2010

Pesan Natal 2010


“Pesan Natal”
Ketua Umum Sinode
Gereja Protestan Injili Nusantara (GPIN)
Pada Ibadah Dan Perayaan Natal
25 Desember 2010
 


Saudara-saudaraku sepanggilan dan sepelayanan dalam Tuhan Yesus Kristus,

Oleh kemurahan Tuhan kita Yesus Kristus dalam cinta Bapa serta dalam kuasa penuh Roh Kudus kita telah menerima segala berkat rohani dan jasmani dari-Nya. Oleh karena-Nya kita berkata “Soli Deo Gloria“ segala kemuliaan hanya bagi Tuhan. Oleh kemurahan-Nya pula kita dipimpin-Nya secara ajaib mengakhiri tahun 2010 ini dengan terlebih dahulu merayakan Natal.
           
Pada perayaam Natal tahun 2010 ini kita merayakannya dengan tema “Bangkitlah, menjadi teranglah” (Yesaya 60:1). Tema di atas adalah perintah Tuhan kita kepada setiap kita anak – anak-Nya di tengah-tengah dunia yang semakin gelap ini, karena hanya oleh terang Tuhan Yesus dalam diri kitalah terang sejati dapat dinikmati oleh dunia.

Dunia di mana kita hidup ini menjanjikan berbagai kemudahan dan kenyamanan, tetapi sekaligus penuh dengan berbagai perasaan takut. Kita takjub dan menikmati hasil karya manusia modern, kita dimanjakan oleh kenyamanan hidup dengan fasilitas yang sebelumnya tidak terbayangkan. Jarak bukan lagi menjadi masalah, karena teknologi informasi dan alat komunikasi memperpendek jarak. Disaat yang sama manusia dimanjakan oleh berbagai kemajuan teknologi, namun keamanan dan kebahagiaan menjadi sulit dipertahankan, sebab berbagai bahaya mengintai setiap saat. Setiap hari media cetak, internet maupun media audio-visual menyuguhkan berbagai informasi tentang pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, bunuh diri, tabrakan antar kendaraan bermotor, kecelakaan yang merenggut nyawa, dan terorisme, serta masih banyak masalah-masalah sosial kemasyarakatan lainnya. Sebagian kenyataan di atas merupakan “teriakan dunia” terkini dan di sini kepada kita  anak-anak Tuhan agar kita bangkit dan menjadi terang untuk mereka karena terang Kristus yang ada di dalam hidup kita adalah jawaban satu-satunya atas teriakan mereka.

Secara umum, kondisi manusia pada saat ini telah berada pada “masa kegelisahan” oleh berbagai fenomena alam yang tidak dapat diprediksi dan cenderung memenderitakan manusia. Banyak orang tidak berani menatap masa depan karena berbagai sistem yang telah dibangun oleh manusia telah terbukti tidak dapat mengantisipasi datangnya berbagai bencana alam. Kepala pemerintahan dunia tidak mampu mempertahankan indahnya ciptaan Allah, terlebih menciptakannya. Banjir, longsor, gunung meletus, tsunami dan berbagai persoalan sosial yang terjadi adalah kebenaran bahwa “manusia memerlukan terang hidup yaitu kasih Tuhan kita Yesus Kristus”. Itulah sebabnya kita harus bangkit dan tegak karena terang Tuhan kita Yesus Kristus yang telah Ia berikan dalam hidup kita harus kita bagikan kepada dunia.

Dimanapun kita berada, di situ Tuhan kehendaki agar kita menggarami dan menerangi dunia. Moment Natal ini adalah moment yang special bagi kita untuk memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan memulai menerangi dunia dengan terang Yesus melalui perbuatan kita sebagai anak-anak Tuhan Yesus. Kita sangat perlu mengangkat tangan kita kepada Dia dalam ibadah dan penyembahan serta doa kita, untuk sesame, namun tangan yang sama sudah seharusnya bersedia terulur untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang dianggap hina oleh sebagian manusia. Kita tidak cukup hanya mengangkat tangan kepada Tuhan. Kita harus turun tangan dalam perbuatan nyata untuk mendukung saudara-saudara kita yang berada dalam kegelapan, agar mereka beroleh terang Kristus karena untuk itulah kita dipanggil-Nya (Matius 5:13-16). Karena itu “Bangkitlah, menjadi teranglah!”

Akhirnya, Majelis Sinode Gereja Protestan Injili Nusantara (GPIN) mengucapkan:




Selamat Hari Natal 2010
Dan
Tahun Baru 2011
 







Tuhan Yesus Memberkati.



                                                                             Tanjung Enim, 25 Desember 2010
                                                                                       Salam, doa dan kasih,
 
                                                                                 Pdt. Sugeng Prayitno, M.Div

Rabu, 03 November 2010

TETAP MENGASIHI DI MASA SULIT

TETAP MENGASIHI DI MASA SULIT
(Lukas 9 : 51 – 56)


Pada umumnya orang mengalami kesulitan dalam mengasihi sesamanya pada saat-saat mengalami penolakan. Itulah yang terjadi pada Yakobus dan Yohanes pada saat menghadapi penolakan oleh orang-orang Samaria.
Penolakan orang-orang Samaria terhadap Tuhan Yesus dan para murid-murid-Nya membuat Yakobus dan Yohanes dikuasai oleh amarah. Amarah mereka tertuang dalam kata-kata: “Tuhan, apakah Engkau mau supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?”
Pernyataan ini adalah cerminan pola pikir dan konsep hidup Yakobus dan Yohanes. Selain itu, pernyataan di atas merupakan ungkapan kesombongan dan usaha mencari muka di hadapan Tuhan Yesus, serta perilaku yang sangat menyimpang dari ajaran dan kehendak Tuhan Yesus. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berpaling dan menegor mereka serta mengajak pergi ke jalan lain.
*Dalam beberapa naskah kuno ada kata-kata: dan berkata, "Kalian tidak tahu Roh mana yang menguasai kalian; sebab Anak Manusia tidak datang untuk membinasakan nyawa orang, melainkan untuk menyelamatkannya."
Tegoran Tuhan Yesus kepada Yakobus dan Yohanes merupakan pernyataan yang sangat penting untuk kita perhatikan agar kita para murid Tuhan Yesus pada masa kini tidak jatuh pada “lobang” yang sama melainkan senantiasa memiliki pikiran dan perasaan Kristus setiap saat dalam kehidupan kita bahkan di saat-saat penolakan sekalipun (Filipi 2:5). Karena orang yang dipilih khusus dan yang terdekat dengan Tuhan Yesuspun hidup bertentangan dengan kehendak-Nya jika tidak memiliki pikiran dan perasaan Yesus. Itulah Yakobus dan Yohanes. Tentang mereka alkitab menuliskan:

1. Yakobus dan Yohanes adalah murid yang namanya berada pada urutan ke-3 dan ke-4 dari nama-nama murid-murid yang lain (Matius 10:2).
2. Yakobus dan Yohanes adalah orang yang dipilih khusus bersama Petrus untuk menyaksikan langsung Tuhan Yesus dimuliakan di atas gunung (Matius 17:1).
3. Yakobus dan Yohanes adalah dua orang murid yang diijinkan khusus oleh Tuhan Yesus bersama Petrus untuk “menemaninya serta melihat langsung” pelayanan yang spektakuler yaitu membangkitkan anak kepala Rumah ibadat yang sudah mati (Matius 5:37)
4. Yakobus dan Yohanes adalah 2 murid yang diberi “gelar” khusus oleh Tuhan Yesus. Keduanya disebut Boaneges yang artinya anak-anak Guruh (Markus 3:17).
5. Yakobus dan Yohanes adalah 2 orang murid yang berani meminta kepada Yesus agar mereka diangkat menjadi pejabatNya kelak ketika Tuhan Yesus memerintah sebagai Raja di Yerusalem (Markus 10:35-37).
Artinya adalah :Yakobus dan Yohanes adalah orang-orang yang “dianggap lebih” dari para murid yang lain. Selain itu juga beberapa ayat di atas menunjukkan betapa mereka dekat dengan Tuhan Yesus. Meskipun demikian mereka mengatasi penolakan dengan kemarahan dan kutuk karena mereka tidak memiliki pikiran dan perasaan Yesus.

Melalui firman ini kita belajar betapa pentingnya kita setiap hari meminta Tuhan Yesus menyatakan pikiran dan perasaan-Nya kepada kita, agar kita lebih dari tetap dapat mengasihi sesama meskipun dalam kesulitan dan penolakan, karena hanya kepada kitalah Ia berkata “…sama seperti Aku mengasihi kamu demikianlah juga kamu harus saling mengasihi.”

Dunia memerlukan kualitas garam dari hidup kita. Dunia juga memerlukan terang yang terpancar dari hidup kita.

Selamat melayani dan tetap menjadi berkat di masa sulit sekalipun.
“Tuhan Yesus Memberkati”

Pdt. Sugeng Prayitno